Strategi

Strategi 

Strategi yang kami gunakan dalam program pendidikan dan pengasuhan anak memadukan tiga perspektif sebagai kerangka penyusunan program yaitu Multiple Intelligences, 7 Habits of Highly Effective People, dan 5 Minds for The Future.

 

 

Multiple Intelligences adalah pendekatan yang meyakini bahwa setiap anak memiliki potensi kecerdasan majemuk yang sangat beragam dan kesemuanya perlu diberi stimulus secara proporsional serta berimbang agar minat dan bakat anak dapat tergali dan terasah secara optimal. Seorang anak memiliki setidaknya 9 potensi kecerdasan. Berikut penjelasan singkat mengenai masing-masing aspek kecerdasan yang dimaksud :

 

Kecerdasan Linguistik (Word Smart)
Kemampuan menggunakan kata-kata secara efektif, mencakup: mengeja, membaca, menulis, kosakata, tata bahasa dan berbicara

 

Kecerdasan Kinestetis (Body Smart)
Kemampuan gerak tubuh, koordinasi, keseimbangan serta ketrampilan gerak dan kelenturan otot

 

Kecerdasan Logis-Matis (Number Smart)
Ketrampilan mengolah angka, berhitung, menggunakan logika, serta kemampuan analitis

 

Kecerdasan Musik (Music Smart)
Kemampuan menyanyikan lagu, mengingat melodi musik, kepekaan akan irama atau sekedar menikmati musik

 

Kecerdasan Visual-Spasial (Picture Smart)
Kemampuan memvisualisasikan gambar yang ada dalam pikiran, menciptakannya ke dalam bentuk dua-tiga dimensi, serta kemampuan mengenal dan memahami ruang

 

Kecerdasan Naturalis (Nature Smart)
Kemampuan mengenali dan memaham konsep dan ekosistem yang terjadi di alam semesta seperti flora, fauna, geologis bumi dan astronomi.

 

Kecerdasan Interpersonal (People Smart)
Kemampuan utk bersosialisasi, beradaptasi, memahami & bekerja dengan orang lain, berempati, ‘mambaca orang’, sampai pada kemampuan memanipulasi kelompok/masyarakat.

 

Kecerdasan Intrapribadi (Self Smart)
Kemampuan memahami diri sendiri, mengetahui kekuatan dan kelemahan diri, mengelola emosi, memiliki disiplin diri, keyakinan diri dan kepercayaan diri.

 

Kecerdasan Eksistensial (Deep Question Smart)
Kecerdasan memahami hakekat dan makna hidup manusia, memiliki pemahaman terhadap aspek spiritualitas dan keyakinan terhadap Ketuhanan.

 

 

7 Habits of Highly Effective People adalah pendekatan yang dipromosikan oleh Dr. Stephen R. Covey sebagai tujuh kebiasaan sukses yang sejak dini bisa diajarkan pada anak agar anak memiliki kebiasaan-kebiasaan yang efektif ini. Bersikap proaktif, memulai dengan hasil akhir, mendahulukan yang utama, berpikir menang-menang, berusaha memahami dan dipahami, bersinergi, dan "mengasah gergaji" adalah kebiasaan-kebiasaan efektif yang secara mendasar akan dibangun sebagai pondasi karakter anak. Berikut penjelasan singkatnya :

 

Menjadi Proaktif (You’re in Charge)
Anak didorong untuk memiliki visi pribadi, menjadi pribadi yang memiliki kematangan dalam bersikap dan berperilaku, memiliki inisiatif, memiliki kepedulian dan pengaruh, serta memiliki komitmen dan bertanggung jawab atas semua pilihan perilakunya.

 

Merujuk pada Tujuan Akhir (Have a Plan)
Anak didorong untuk mampu membuat perencanaan-perencanaan pribadi, menentukan misi pribadi dengan mempertimbangkan kekuatan-kekuatan yang dimilikinya, serta mengambil peran yang tinggi dalam kehidupan pribadi maupun bermasyarakat.

 

Mendahulukan yang Utama (Work First, Then Play)
Kemampuan untuk managemen diri dalam menjalani kehidupan sehari-hari dan malaksanakan perannya secara efektif dan efisien. Anak akan belajar tentang organisasi diri untuk mencapai aktualisasi diri secara optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

 

Berpikir Menang-Menang (Everyone Can Win)
Anak didorong untuk memiliki ketrampilan antarpribadi dengan memegang prinsip-prinsip kepemimpinan antarpribadi yang efektif. Sejak dini pendidikan juga perlu menekankan pada karakter dan integritas pribadi yang positif, memiliki rasa percaya diri, rasa tanggung jawab dalam mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan.

 

Berusaha Mengerti terlebih Dahulu, Baru Dimengerti (Listen Before You Talk)
Di sini anak dibekali ketrampilan komunikasi dengan berpegang pada prinsip komunikasi empatik. Anak perlu belajar untuk memiliki ketrampilan mendengarkan secara empatik, belajar memahami orang lain terlebih dahulu, dan menyampaikan pikiran/ide secara asertif.

 

Mewujudkan Sinergi (Together Is Better)
Mewujudkan sinergi adalah kemampuan dalam berkerjasama secara kreatif. Hal ini dapat dibangun sejak dalam proses komunikasi secara sinergetik, membuat semua proses belajar di sekolah dengan mengoptimalkan hubungan yang sinergis antara anak, guru, orangtua dan semua pihak (stake holder).

 

Asah Gergaji (Balance Feels Best)
Belajar adalah sebuah proses yang berlangsung selamanya. Belajar perlu memegang prinsip pembaharuan diri yang seimbang dan sejak dini anak dapat belajar untuk peduli dan memberikan perhatian pada semua aspek kehidupannya yang meliputi aspek fisik, spiritual, mental, dan sosial-emosional.

 

 

5 Minds for The Future yang dipromosikan oleh Prof Howard Gardner mengatakan bahwa untuk memiliki karakter sukses seseorang perlu menguasai ketrampilan-ketrampilan berpikir yang bisa dilatih dan dikuasai oleh seorang anak sejak dini. Kelima jenis ketrampilan ini - pikiran yang terdisiplin, membuat sintesa, berpikir mencipta, berpikir penuh respek, dan berpikir etis - akan membantu seorang anak untuk memahami nilai-nilai dengan baik, tumbuh dan berkembang dengan pondasi karakter yang kuat serta memiliki kebiasaan yang efektif untuk meraih kesuksesan. Berikut penjelasan singkatnya :

 

Pikiran Terdisiplin (Disciplined Mind)

Menggunakan cara-cara berpikir yang berkaitan dengan berbagai disiplin akademis utama (sejarah, matematika, sains, seni, dsb) dan berbagai profesi utama (hukum, kedokteran, manajemen, keuangan, dll, serta seni dan ketrampilan); mampu mengerahkan diri dengan rajin, melakukan perbaikan terus menerus, dan melanjutkan pendidikan hingga melampaui pendidikan formal

 

Pikiran Menyintesis (Synthesizing Mind)

Memilih informasi krusial dari kelimpahan yang tersedia; merangkai informasi itu sedemikian rupa sehingga mudah dimengerti diri sendiri atau orang lain

 

Pikiran Mencipta (Creating Mind)

Keluar dari pikiran pengetahuan dan sintesis guna mengajukan pertanyaan baru, menawarkan solusi baru, mneghasilkan karya yang melebarkan jangkauan aliran yang ada atau merancang aliran baru; penciptaan didasarkan atas disiplin yang mapan dan menuntut adanya “lapangan”yang terinformasi sehingga bisa menilai mutu dan keberterimaannya

 

Pikiran Merespek (Respectful Mind)

Memberikan tanggapan yang bersimpati dan konstruktif terhadap berbagai perbedaan antara individu dan antara kelompok; berupaya memahami dan bekerja sama dengan orang-orang yang berbeda; menjangkau lebih dari sekedar toleransi dan ketepatan politik

 

Pikiran Etis (Ethical Mind)

Mengkonsepkan corak-corak krusial dari peran seseorang di tempat kerja dan perang seseorang sebagai warga dan bertindak konsisten dengan apa yang dikonsepkan itu; berupaya menjalankan pekerjaan yang baik dan kewargaan yang baik