Morning Coffee 2
Morning Coffee “Melindungi Anak dari Kekerasan Seksual”
Akhir-akhir ini media marak memberitakan kasus kekerasan seksual pada anak. Selayaknya orangtua, pasti kita tidak bisa menerima atas kejadian ini. Kenapa hal tersebut bisa terjadi dan kenapa sekian hari semakin marak? Fastrack Funschool yang peduli akan anak membahas hal ini pada moment morning coffe Sabtu 11 Mei 2013 di Black Canyon. Fastrack Funschool menghadirkan kembali Ibu Alissa Wahid sebagai nara sumbernya acara ini.
Bersama Paman Dodo sebagai moderator acara morning coffee, Ibu Alissa Wahid yang sebelumnya pernah aktif di Lembaga Swadaya Masyarakat bidang perlindungan anak dan remaja dari kekerasan seksual ini memulai acara dengan menyampaikan kilasan kasus-kasus yang terjadi di Indonesia dalam satu tahun terakhir. Seperti RI (10th) meninggal karena infeksi akibat sexual abuse oleh ayahnya di Jakarta, PPR (16 th) diperkosa dan dibakar beramai-ramai di Jogjakarta. Fakta-fakta tersebut dilanjutkan dengan data bahwa angka kekerasan seksual tertinggi terjadi dibenua Afrika, sementara Indonesia masuk dalam peringkat tertinggi kedua (Univ. Of Barcelona, 2009). Fakta selanjutnya adalah dari data Komnas Perlindungan Anak yang menyebutkan bahwa dari tahun 2010-2013, angka presentase kekerasan seksual di Indonesia terus meningkat. Ibu Alissa juga menggugah orangtua dengan menyampaikan fakta berikutnya, bahwa pelaku kekerasan seksual pada anak adalah dari orang terdekat sendiri. 60% adalah orang yang dikenal korban, dan 30% adalah keluarga. Korbannya tidak hanya anak perempuan tetapi juga anak laki-laki. Sementara anak perempuan menjadi korban lebih besar daripada anak laki-laki.
What is Child Sexual Abuse?. Ibu Alissa menjelaskan, child sexual abuse atau kekerasa seksual pada anak adalah segala perilaku antara orang dewasa dengan anak dibawah umur, atau antar anak di bawah umur. Sebagai dasar perilaku adalah ada penindas dan ada korban. Pelaku seringkali tidak menggunakan kekuatan fisik, tetapi lebih banyak melakukan manipulasi seperti memberikan hadiah, melakukan aktifitas bersama, menunjukkan pornografi, atau melakukan permainan yang menarik perhatian anak dan membuatnya tidak sadar akan kekerasan seksual yang terjadi.
Dampak dari kasus ini membuat hati kita lebih miris lagi, karena dampak ini akan terbawa sampai sepanjang hidup korban. Seperti yang sudah terjadi adalah drug user, bunuh diri, kehamilan dini, gangguan kesehatan, juga dapat mempengaruhi perkembangan otak anak secara negatif dan permanen.
Acara yang berlangsung selama 2 jam ini dihadiri oleh orangtua murid dan peserta dari luar Fastrack Funschool. Berbagai pertanyaan dari peserta, terjawab pada pembahasan 7 steps yang bisa kita lakukan, yaitu
1. Learn the Facts
Semakin banyak insiden kekerasan seksual terkait internet. Sebagian peristiwa terjadi dilingkungan tempat tinggal dengan pelaku yang tidak menunjukkan ciri ‘orang jahat’. Setidaknya kita tetap waspada
2. Minimize Opportunity
Hindari situasi 1 anak, 1 orang dewasa. Gunakan parental control program untuk meminimalisir ketergantungan anak pada internet, dan untuk meminimalisir akses konten dewasa di internet. Hindari bersikap overprotektif pada anak, dan ciptakan rumah yang hangat yang membuat anak lebih suka dirumah.
3. Talk About it
Biasakan komunikasi terbuka dan hangat. Bangun rasa percaya diri anak. Tekankan bahwa tidak ada orang yang boleh menyentuh area privat kecuali mereka kecuali orangtua dan pengasuh saat dikamar mandi
4. Stay Alert
Waspadai perubahan pada diri anak, seperti infeksi/penyakit, perubahan emosi, dan perubahan sosial
5. Make a Plan
Jika kita curiga atas perubahan yang terjadi pada anak, segeralah susun rencana : pelajari kebiasaan anak sehari-hari, dekati anak tanpa over reacting, pastikan anak merasa meraa diterima dan dicintai tanpa syarat
6. Act on Suspicions
Segeralah libatkan pihak-pihak terkait untuk menangani kecurigaan kita. Lindungi privasi anak agar tidak mendapatkan tekanan public.
7. Get Involved
Mari kita turut berkontribusi dalam masyarakat untuk menghindari kasus ini. (Tn)