Konflik dengan Anak? Bagus tuh!

Konflik dengan Anak? Bagus tuh!

Konflik dengan Anak? Bagus tuh!

 

Berikut adalah rekaman twitseri Alissa Wahid tentang bagaimana orang tua saat berkonflik dengan anak.

(Maaf tanpa disunting ya)

 

  • Bagaimana kalau kita bahas menggunakan konflik dengan anak sebagai proses perkembangan?
  • konflik dengan anak itu sesuatu yang tak terelakkan, bahkan (sampai tingkat tertentu) jadi penanda hubungan yang sehat dalam keluarga.
  • Kalau orangtua tidak pernah konflik dengan anak, justru tanda bahaya. Bisa jadi, anak tertekan oleh dominasi orangtua tuh.
  • Bagaimana sikap orangtua dalam konflik dengan anak, akan jadi sumber belajar utama untuk anak & membentuk karakter dewasanya.
  • Tidak perlu contoh konflik dengan anak kan? Buanyak! Apalagi bila anak masuk masa pra-remaja. Soal Facebook aja bisa geger.
  • Dalam konflik dengan anak, orangtua yang tenang & tidak emosional akan membuat anak membentuk sikap tenang & emosional juga.
  • Orangtua yang menjaga agar konflik tidak diselesaikan di depan orang lain, membuat anak tidak merasa humiliated/dipermalukan.
  • Dalam konflik, orangtua yang fokus pada solusi, bukan pada salah/benar, akan membantu anak tidak terjebak pembenaran diri.
  • Fokus orangtua pada solusi dalam konflik dengan anak juga akan membantu anak selalu berpikir next-step alias mudah move-on.
  • Dalam konflik, orangtua yang mencoba memahami lebih dulu akan membantu anak belajar melihat masalah dari perspektif org lain.
  • Dalam konflik, kesempatan anak untuk menyampaikan masalah & didengarkan orgtua adalah pembentukan harga diri yang terbaik.
  • Orangtua yang mampu menyampaikan dengan baik keberatannya tentang perilaku anak, menjadi contoh bagi anak untuk berani bersuara. konflik
  • Dalam konflik, orangtua yang membanding-bandingkan anak dengan masa kecilnya, membuat anak merasa dia bukan orang yang layak & tak berharga.
  • Orangtua yang tidak takut mengakui kesalahannya, akan melatih anak untuk tidak defensif saat ia tahu ia sedang salah.
  • Orangtua yang tidak segan minta maaf dalam konflik, akan meneladankan pada anak untuk ‘feel good’ saat meminta maaf kapan pun.
  • Sorry tidak selalu soal salah/benar. Sorry dapat membawa pesan penyesalan: “ibu menyesal kakak jadi sedih.”
  • Setiap konflik perlu diakhiri dengan closure (tutup buku) agar tidak ada unfinished business. Tugas orangtua untuk menyimpulkan.
  • proses mengelola konflik dengan anak: state the problem-clarify the situation–apology-state solution/expectation-closure.
  • Kalau sudah tahap closure, memasukkan nilai-nilai kehidupan (utamanya ajaran agama) yang sesuai akan berkesan sangat dalam.
  • Bila masih di awal konflik, membawa nilai-nilai agama jadi seperti khotbah. Malah membuat anak nantinya jadi alergi. Baiknya pas closure.
  • Sempatkan selalu untuk memeluk anak dengan hangat, terutama di akhir konflik. Walau awalnya canggung, ini closure yang dahsyat.
  • Pelukan hangat di akhir konflik itu memberitahu anak, “seberapa buruk pun situasinya, Ayah selalu sayang kepadamu.”