Hak Orangtua VS Hak Anak Dalam Memilih Sekolah
Hak Orangtua VS Hak Anak Dalam Memilih Sekolah
Oleh : Miss Dhita
Setiap anak mempunyai hak yang melekat dari sejak mereka dilahirkan ke dunia. Dalam konvesi hak anak yang dikeluarkan oleh PBB anak diantaranya memiliki hak untuk hidup, tumbuh dan berkembang, berpartisipasi. Di Indonesia hak anak masih tergolong nilai dan norma baru walaupun konvensi PBB tentang hak anak telah disahkan sejak tahun 1989 dan telah diratifikasi di 193 negara sampai tahun 2008 (sumber : wikipedia)
Perkembangan dunia semakin tak terbendung, globalisasi dan kemajuan teknologi memaksa banyak orangtua modern untuk menyiapkan anaknya dengan berbagai pengetahuan dan kemampuan yang diperlukan anak-anaknya untuk menghadapi tantangan di masanya kelak. Dengan paradigma itu orangtua kemudian berlomba-lomba menyekolahkan anaknya di sekolah unggulan yang menurut orangtuanya adalah terbaik untuk anaknya tanpa memperdulikan pendapat dan keinginan anak. Bijaksanakan hal itu?
Merunut pada UU no 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, Negara menjamin hak anak untuk berpartisipasi dalam hal ini adalah untuk berpendapat dan memperoleh pertimbangan atas pendapatnya dan mengekspresikan pendapatnya. Dari pernyataan di atas jelaslah bahwa orangtua perlu memberikan kesempatan kepada anak untuk terlibat langsung dalam pengambilan keputusan yang menyangkut kehidupan anak di masa yang akan datang. Dengan keterlibatannya dalam proses pengambilan keputusan, akan memunculkan tanggung jawab internal dari diri seorang anak dalam menjalani hidupnya.
Semua orang tua ingin anaknya sukses dan bertanggung jawab terhadap hidupnya, pertanyaan yang kemudian muncul adalah bagaimana hak orangtua untuk ikut andil didalamnya? Lalu bagaimana halnya dengan hak anak? Apakah sebagai orangtua punya hak mutlak dalam memutuskan atau perlukah kita mempertimbangkan hak anak?
Sangat bijaksana jika orangtua ikut melibatkan anak dalam memutuskan hal-hal yang penting dalam kehidupannya. Sekolah contohnya, hal yang menjadi pertimbangan orangtua dalam memutuskan sekolah untuk anak tidak hanya semata-mata didasarkan pada kurikulumnya, fasilitasnya, atau pendidiknya, namun juga bagaimana pendapat anak. Nyamankah dia dengan lingkungan sekolahnya, teman-temannya?. Dengan mendengarkan pendapat anak, orangtua akan lebih bisa memahami tingkah anak (mungkin) tidak kooperatif dengan sekolah barunya, atau anak tiba-tiba menunjukkan respon yang di luar kebiasaan. Anak punya alasan, orangtua juga punya alasan ketika memilih. Akan sangat indah jika hak orangtua dan hak anak bisa selaras dipenuhi dalam proses tumbuh kembang anaknya. Tujuannya satu, kehidupan anak yang sukses.