Belajar Calistung untuk Anak Usia Dini : Ya atau Tidak?

Belajar Calistung untuk Anak Usia Dini : Ya atau Tidak?

Belajar Calistung untuk Anak Usia Dini : Ya atau Tidak?

Oleh : Adhita Dyah Anggraeni, M.Si

 

Di Indonesia sangat tidak disarankan mengajarkan membaca dan menulis di usia dini, bahkan pemerintahpun telah mengeluarkan mandatnya untuk tidak mengajarkan materi membaca dan menulis untuk anak-anak di tingkat kelompok bermain dan TK. Hal ini pernah disampaikan oleh Dirjen PAUD Kemendikbud, Lydia Freyani Hawadi pada sebuah konferensi pers pada 13 September 2013, bahwa pemerintah meminta pengelola TK tidak memaksa muridnya untuk bisa membaca, menulis, dan berhitung. Lydia menyebutkan bahwa hal tersebut akan menjadi kewajiban guru SD. Lydia menambahkan bahwa telah ada ketetapan berdasarkan peraturan bersama dirjen PAUD dan Dirjen Pendidikan Dasar Kemendikbud. Namun kenyataan yang ditemui di lapangan, lembaga-lembaga anak usia dini tidak sedikit yang mencantumkan materi membaca dan menulis dalam kurikulum sekolahnya. Menurut saya, esensinya bukan pada materi baca tulisnya tetapi pada “cara”nya. Cara yang tepat dan menyenangkan yang dikemas dalam aktivitas bermain, akan lebih meninggalkan makna bagi anak dalam mengembangkan ketrampilan yang dibutuhkan untuk membangun kemampuannya dalam membaca dan menulis kelak.

 

Di balik kenyataan yang kita hadapi bahwa saat anak memasuki sekolah formal seperti SD, anak diharapkan telah mahir  membaca dan menulis, ada hal fundamental yang perlu kita pahami saat anak berada dalam periode emasnya, yaitu membekali anak dengan prewriting and pre reading skill”. Kenapa penting? Karena ketrampilan tersebut tidak bisa diperoleh dengan seketika. Seorang anak perlu menjadi mastered dalam prewriting and pre reading skill sebelum dirinya dapat menulis dan membaca dengan benar.  Hal ini tentu saja membutuhkan pemahaman yang mendalam dari para pendidik (ortu dan guru), jangan sampai “ditelan bulat-bulat” dengan mengartikannya sebagai drilling pada anak atau memberikan kegiatan paper and pencil yang sebanyak-banyaknya untuk anak.

 

Kita perlu merujuk kembali ke prinsip perkembangan anak, bahwa perkembangan anak itu berlangsung secara berurutan dan berkesinambungan, prinsip ini yang perlu selalu kita pegang, bahwa kemampuan anak membaca dan menulis itu tidak bisa diperoleh secara “instan”, tanpa didasari dengan ketrampilan-ketrampilan yang perlu dikuasai anak sebelumnya.

 

Mengutip beberapa hal dari artikel di www.childdevelopment.com.au , bahwa hal yang perlu dikuasai anak sebelum  menulis adalah :

1. Kekuatan tangan dan jarinya : dapat melakukan gerakan yang membutuhkan kekuatan tangan dan jari

2. Dapat memagang pensil dengan benar

3. Koordinasi mata dan tangan : kemampuan untuk memproses informasi yang didapatnya melalui mata lalu mengendalikan dan mengarahkan tangannya untuk melakukan tugasnya

4. Integrasi bilateral : menggunakan kedua tangan secara bersamaan dengan salah satu tangan yang mendominasi

5. Manipulasi obyek : menggunakan peralatan seperti pensil, gunting, sikat gigi dengan benar

6. Persepsi visual : mempersepsikan obyek yang dilihatnya.

7. Hand dominated : secara konsisten menggunakan salah satu tangan untuk mengerjakan tugas.

8. Hand division : banyak menggunakan ibu jari,jari telunjuk, dan jari tengah untuk melakukan kegiatan manipulasi.

 

Merujuk pada pengalaman pribadi, kadang orang tua memiliki harapan yang terlalu besar terhadap sekolah dalam mempersiapkan anaknya untuk memiliki kemampuan terutama dalam membaca dan menulis. Namun diakui atau tidak, proses yang akan dilalui anak sangat membutuhkan keterlibatan orang tua didalamnya. Mustahil mendapatkan hasil optimal jika hanya mengandalkan upaya dari guru di sekolah, karena 2/3 waktu anak dalam sehari lebih banyak dihabiskan bersama orang tua atau keluarga.

 

Kembali pada judul dari tulisan ini, orang tua sekarang banyak yang mengalami dilema, kapankah saat yang tepat untuk mengajarkan baca tulis pada anak-anak?. Terlepas dari dilema itu, kenyataan yang kita temui saat ini adalah bahwa terdapat “gap” di antara TK dan SD , dimana pemerintah melarang guru TK mengajarkan baca tulis, sementara di SD, siswa yang sama sekali belum bisa baca dan tulis akan mendapatkan perhatian khusus karena dianggap  tidak dapat mengikuti pelajaran, aturan utamanya kembali pada prinsip pendidikan anak, prinsip adalah sesuatu yang tidak boleh dilanggar, anak tidak boleh merasa terintimidasi dan tertekan, apalagi sampai merasa tersingkirkan dalam menjalani proses belajarnya. Ada pernyataan dari Prof. DR. Dedi Supriadi, Guru Besar Universitas Pendidikan Bandung, yang bertolak belakang dengan pernyataan yang disampaikan oleh Dirjen PAUD Kemendikbud di atas, beliau menegaskan bahwa anak usia dini dapat diajari membaca, menulis, dan berhitung, bahkan sudah dapat diajari tentang sejarah, geografi, dll.

 

Perlu atau tidaknya keputusannya ada di tangan orang tua, namun yang wajib dipahami orang tua adalah bahwa perkembangan setiap anak sangat bervariasi dan sebuah ketrampilan tidak dapat dikuasai secara instan, perlu dilatih dan dikenalkan sejak dini dengan strategi yang menarik, so..lets be a smart parents mom and dad….:)