Halo Orangtua, Bantu Anak Mengenal Dirinya

Halo Orangtua, Bantu Anak Mengenal Dirinya

Halo Orangtua, Bantu Anak Mengenal Dirinya

Oleh : Martina W, S.Psi

 

Apa kabar Anda hari ini ? Sampai sejauh mana perjalanan Anda menjadi orangtua? Mari kita tetap menjaga semangat untuk menjalani peran sebagai orangtua yang tepat dan terbaik.

 

Yang saya tulis ini bukanlah hal yang baru, namun mungkin saja membantu dalam merefleksikan peran kita sebagai orangtua dan semoga bisa membantu untuk menentukan langkah berikutnya.

 

Mari sedikit kita putar kenangan waktu anak baru lahir hingga hari ini. Hal apa saja yang pernah kita sampaikan kepada anak? Sejak lahir inilah pengenalan tentang diri anak mulai terbentuk. Apa yang dikatakan atau ditunjukkan orangtua pada anak memberikan informasi pada anak tentang siapa dirinya. Pengenalan anak tentang siapa dirinya ini menjadi dasar dalam membangun konsep diri anak.

 

Selebihnya, konsep diri ini terus dikembangkan melalui interaksi anak dengan orang-orang disekitarnya. Semenjak konsep diri mulai terbentuk, anak akan berperilaku sesuai dengan konsep dirinya. Menariknya konsep diri ini akan terus berkembang selama hidup manusia.

 

Bantu mengenal dirinya, bangun konsep diri positif dari Lingkungan keluarga

Berangkat dari sebuah nama yang diberikan, disitulah terdapat harapan baik dari setiap orang tua. Seiring dengan tumbuh kembangnya, anak membutuhkan penerimaan, kasih sayang, dan penghargaan dari orang-orang disekitarnya. Lingkungan keluargalah, terutama orangtua yang mempunyai peran besar atas ini semua. Apapun latar belakang dan keadaan anak, anak butuh tetap diterima. Apapun yang terjadi anak tetap membutuhkan kasih sayang. Setiap perjuangan dan hasil yang dicapainya, anak akan lebih bersemangat menjadi lebih baik lagi jika dihargai. Ungkapan-ungkapan seperti “Rara anak Ayah dan Bunda”, “Bunda selalu menyanyangimu nak”, “Nggak papa sekarang belum berhasil, besok kita coba lagi ya”, “Hebat Rara sudah membereskan mainan, rumahnya jadi rapi”, “Rara baik sudah berbagi sama teman”, sikap dan pernyataan positif dari orangtua yang ditujukan kepada anak selama berinteraksi menjadi kunci dalam membangun konsep diri yang positif.

 

Anak yang memiliki konsep diri positif mempunyai pandangan yang positif terhadap dirinya. Dengan begitu anak akan lebih mudah menghargai dirinya. Jika menghadapi kegagalan atau permasalahan, anak yang mempunyai konsep diri positif tetap mampu bersikap positif. Jadi selama berinteraksi dengan anak, mari hanya kita katakan hal yang positif saja.

 

Bagaimnana jika lingkungan sosialnya terjadi sebaliknya?

Ada masanya anak harus berinteraksi dengan dunia luar. Sangat disarankan sebaiknya kita selektif dalam memilihkan lingkungan. Akan tetapi bagaimanapun akan tiba saatnya anak tetap harus masuk dalam lingkungan yang tidak bisa kita kendalikan sepenuhnya.

 

Lingkungan tempat anak pertama kali berinteraksi adalah keluarga. Dimanapun aktifitas anak diluar sana, berpulangnya tetap kembali kepada keluarga, yaitu orangtua. Hal yang bisa kita lakukan adalah tetap kembali membangun dan memperkuat kenyakinan diri anak untuk mengembalikan konsep yang positif tentang dirinya. Tetap menerima, memberi kasih sayang, dan menghargainya. Lakukan hal ini secara konsisten seumur hidupnya. Karena ingat, konsep diri ini akan terus berkembang selama hidup manusia.

 

Membantu anak memiliki konsep diri yang sehat

Konsep diri yang positif yang kita tanamkan pada anak belum tentu sehat. Konsep diri yang sehat adalah konsep diri yang sesuai dengan kenyataan diri anak, selaras antaras real self (diri sesungguhnya) dan ideal self (diri yang seharusnya/yang diinginkan). Berikut adalah yang bisa kita lakukan untuk membangun konsep diri yang positif dan sehat :

  • Dengan kasih sayang yang Anda miliki, bantulan anak mengenal dirinya secara objective dan tanamkan rasa syukur dalam memandang dirinya. Misalnya, ketika anak secara genetis berkulit gelap, ajak anak menerima itu dengan rasa syukur. “Ini pemberian Tuhan, apapun warna kulitmu Tuhan sayang sama kamu”
  • Dukung anak untuk menjadi dirinya sendiri. Menerima segala kelebihan dan kekurangan, dan menerima apa adanya. Misalnya, “Nggak apa-apa jika kamu lebih suka mewarnai daripada berlari, nggak apa-apa meskipun berbeda dengan temanmu”
  • Berikan stimulus yang tepat sesuai dengan usianya. Missal, agar anak berkembang sesuai dengan umurnya, berikan tontonan yang sesuai dengan usianya.
  • Setiap usaha terbaik yang dilakukan anak, berikan umpat balik yang sesuai dengan kondisi yang sesungguhnya dengan menekankan pada hal yang positif saja. Misalnya, “Wah hebat, sudah hampir goal bolanya”
  • Jika anak terlalu rendah memandang dirinya, bantulah anak untuk melihat kelebihan yang dimilikinya. Misalnya, “Meskipun kamu nggak punya baju princess seperti temanmu, kamu terlihat cantik dan baik saat kamu tersenyum”
  • Ada saatnya, anak perlu dibantu mengetahui kelemahannya dengan tetap membesarkan hatinya, jangan pernah menyampaikan dengan cara yang menghancurkan. Dan orangtua harus tetap mendukung proses-proses perkembangan yang akan dilaluinya. Misalnya, “iya memang menyanyinya belum sesuai nada, besok kita berlatih lagi ya”
  • Bantulah anak untuk mengevaluasi diri dengan bahasa yang mudah diterima, jika anak memandang dirinya terlalu tinggi ajaklah anak untuk melihat diri secara realistis tanpa menjatuhkannya. Misalnya : “kata-katamu tadi membuat temanmu sedih, anak hebat hanya berkata yang menyanyangi teman”
  • Ajak anak bersyukur pada proses dan hasil yang dicapai setiap harinya. Misalnya : ajak anak terbiasanya mengucapkan “Terimakasih Tuhan hari ini aku bisa minum susu yang kubuat sendiri”

 

Ketika kita berhasil membantu anak mengenal dirinya secara positif dan sehat, anak akan mempunyai kesadaran diri baik, selalu bersemangat belajar, dan siap mencapai prestasi-prestasi sesuai dengan potensi dan keinginannya tanpa memaksa diri menjadi seperti apa yang dikatakan orang lain. Anak yang mempunyai konsep diri positif dan sehat akan sangat mampu membawa diri dengan baik dalam lingkungan sosial dan mampu mengembangkan sikap-sikap menghargai.