Saat Anak Dipukul Atau Memukul Teman

Saat Anak Dipukul Atau Memukul Teman

Saat Anak Dipukul Atau Memukul Teman

Oleh : Martina W. S.Psi

 

Dalam 24 jam sehari orangtua tidak selalu bersama anak. Ketika anak mulai berinteraksi dengan lingkungan diluar keluarga inti, anak mulai mengembangkan ketrampilan sosialnya.  Dalam proses ini, anak juga akan menjumpai tantangan-tantangan yang berarti salah satunya adalah saat anak mendapati masalah dengan teman. Saat itulah adalah waktu yang tepat untuk belajar sosial. Bagaimana anak harus beradaptasi dan bagaimana anak harus menghadapi permasalahan dengan teman.

 

Anak-anak mempunyai cara yang unik untuk menyelesaikan masalahnya. Namun sayangnya cara-cara tersebut belum tentu tepat. Respon yang sering muncul saat anak tidak bisa mengungkapkan harapannya kepada teman, biasanya anak akan diam atau mungkin menangis.  Ada pula anak yang berusaha bicara dengan caranya, bahkan ada yang ekstrim sampai ke perilaku memukul, mendorong, atau bentuk kekerasan yang lain. Tentunya kita sebagai orangtua tidak mengharapkan hal ini terjadi. Artinya, anak membutuhkan bantuan tentang bagaimana dia harus menyelesaikan masalahnya dengan baik.

 

Di artikel kali ini, saya  hanya akan membahas jika anak menyelesaikan masalahnya dengan menunjukkan perilaku ekstrim, yaitu perilaku yang berdampak pada “melukai fisik teman”

 

Ketahui apa yang memicu

Dengan mengetahui hal apa yang memicu, sesegera mungkin kita bisa mencegahnya. Kenapa anak usia dini saat menyelesaikan masalah dengan teman memilih menunjukkan perilaku memukul atau perilaku sejenisnya? Berikut ada beberapa kemungkinan dibawah ini

  • Ekspresi emosi marah dan kontrol diri yang masih lemah.
  • Modeling/Meniru. Perilaku memukul dan perilaku negatif lainnya dipelajari anak dari pengalamannya pribadi. Mungkin anak pernah mengalaminya sendiri, melihat secara langsung maupun melalui tayangan tv, film, atau tayangan lain.
  • Kelebihan energi. Ada anak yang memiliki kelebihan energi dan membutuhkan ekspresi fisik dengan gerakan yang cenderung menjadi bentuk pelampiasan.
  • Kemampuan verbal yang belum berkembang.  Beberapa anak yang masih belum mampu mengungkapkan pikiran dan perasaannya, bisa jadi ekspresi non verbal menjadi alternative yang dipilihnya. Terlebih jika dalam situasi emosi negatif, dia punya kecenderungan yang lebih kuat untuk melampiaskannya ke dalam bentuk perilaku. Jadilah letupan emosi berupa perilaku memukul dan perilaku destruktif lainnya. Perilaku memukul muncul sebagai bentuk pertahanan diri saat dirinya sedang terancam.

 

Jika Anak Anda Memukul

Mari kita putus mata rantainya. Dengan mengetahui hal yang menjadi pemicu dari poin-poin diatas, sikap yang disarankan untuk orangtua adalah

  • Latih anak untuk membiasakan mengungkapkan semua ide dan perasaannya secara verbal, baik perasaan positif maupun perasaan negatif.
  • Jika anak Anda kelebihan energi. Tanda anak yang mempunyai kelebihan energi adalah anak yang sangat menikmati aktifitas yang melibatkan motorik kasar. Anak ini terlihat energik dan selalu bersemangat. Bahkan anak ini tidak akan pernah lelah untuk bergerak. Disarankan orangtua memberikan wadah untuk memfasilitasi anak dengan kelebihan energi ini pada kegiatan-kegiatan yang menyalurkan energinya dengan aman
  • Stop menunjukkan perilaku memukul. Baik itu secara langsung, dari tontongan tv, dari gambar/buku, atau games
  • Anak sangat memahami konsep perilaku yang baik sepanjang mereka juga diperlakukan dengan cara yang baik pula. Artinya menghentikan perilaku negatif ini akan sangat efektif ketika orangtua dan lingkungan keluarga lainnya memperlakukan anak dengan baik.
  • Saat letupan emosi muncul, ajari anak tentang bagaimana cara mengekspresikan tanpa harus merusak barang atau melukai teman
  • Sengaja buatlah program-program yang menanamkan sikap-sikap empati, kasih sayang, rendah hati, memaafkan, menghargai, dan perdamaian
  • Latih anak untuk mampu mengungkapkan harapannya dengan baik

 

Jika Anak Anda Yang Dipukul

Apa respon anak Anda saat  dipukul teman? Mungkin saja dia diam saja, menangis, meminta perlindungan dari orang disekitarnya, atau membalas perlakuan teman tersebut. Perkelahian yang pernah terjadi awalnya adalah ketika anak dipukul teman dan dia menunjukkan perlawanan yang sama. Rantai pukul memukul ini tidak akan pernah putus jika tidak dihentikan. Namun belum banyak anak yang mampu menghentikannya.  Berikut adalah hal-hal yang bisa dilakukan anak jika dipukul oleh teman:

  • Tumbuhkan rasa percaya diri yang lebih mantap. Biasakan anak untuk berani mengatakan keberatan saat mendapatkan perlakukan yang tidak menyenangkan. Sangat baik jika anak sudah mampu menyampaikan kata-kata baik yang bisa menghentikannya.
  • Bagaimanapun kami menyarankan, jika ada teman yang memukul, menghindar atau menangkis pukulan adalah lebih baik daripada melakukan balasan.
  • Jika kondisi anak terancam, dorong anak untuk meminta pertolongan pada orang dewasa yang ada disekitarnya.
  • Sengaja buatlah program-program yang menanamkan sikap-sikap empati, kasih sayang, rendah hati, memaafkan, menghargai, dan perdamaian.
  • Latih anak untuk mampu mengungkapkan harapannya dengan baik.

 

Bukan berarti kita menjauhkan anak dari lingkungan sosial supaya anak kita tetap mendapatkan keamanan. Lingkungan sosial adalah tempat yang tepat untuk belajar sosial. Yang bisa kita lakukan adalah memberikan bekal-bekal ketrampilan sosial untuk membantu permasalahan yang sedang anak hadapi. Orangtua tetap perlu selektif dalam memilihkan lingkungan sosial anak. Pastikan lingkungan tersebut lingkungan yang mendukung hak dan perkembangan anak. Selebihnya orangtua tetap memantau dan menentukan kapan saat yang tepat anak perlu didampingi dan diberikan kesempatan menyelesaikan sendiri.